Selasa, 24 Desember 2013

Refleksi Film - Never Let Me Go




Film “Never Let Me Go” merupakan film yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Kazuo Ishiguro. Awal film ini menceritakan tentang alur maju seorang perawat yang melihat pasien yang akan mendonorkan organnya. Alur maju yang singkat ini membuat saya penasaran karena menurut saya, jarang sekali ada orang yang mau cuma-cuma mendonorkan organnya denga cuma – cuma ini.
Pertanyaan saya terjawab setelah film ini mengarah ke alur mundur perawat yang bernama Katty H. Cerita di film ini membawa saya ke kisah tiga seorang sahabat, yaitu Katty H, Ruth, dan Tommy. Mereka hidup seperti anak-anak lain yang sekolah berasrama dan hidup elit. Sekolah mereka bernama Hailsham. Film ini menceritakan di mana Hailsham itu adalah sekolah asrama elit, dimana siswa-siswinya di absen menggunakan peralatan canggih, minum susu setiap hari, dan di check kesehatannya secara rutin oleh dokter. Menurut saya untuk ukuran tahun 70-an seperti yang diceritakan oleh film ini, kehidupan mereka memang sangat elit dan membuat saya berpresepsi bahwa mereka ini adalah anak-anak orang kaya.
Cerita lain yang mendominasi adalah kisah tiga orang sahabat ini. Seperti sahabat lainnya, mereka terlihat menyemangati satu sama lain, apalagi yang paling menonjol di awal cerita adalah Katty sangat perhatian ke Tommy. Saya awalnya berpikir bahwa ini hal yang wajar-wajar saja, maksud saya hal ini sangat biasa untuk ukuran teman. Apalagi disini Tommy diceritakan sebagai anak yang tidak suka olahraga dan arts (seni), pemarah, dan sering di jauhi oleh teman laki-lakinya. Tommy disini juga digambarkan sebagai anak yang tidak terlalu pintar yang selalu mengulang atau menjawab menggunakan jawaban yang sama dengan orang lain. Di saat-saat seperti inilah Katty yang selalu menenangkan Tommy, membantu Tommy menjawab ketika ia kesulitan menjawab pertanyaan, dan lain-lain. Menurut saya ini adalah ukuran yang biasa untuk seorang teman. Yang kemudian saya pikirkan, kenapa Ruth malah tidak pernah ikut menghibur Tommy sebagai teman. Ruth juga disini terlihat seperti tidak terlalu perhatian ke Katty dan Tommy.
Hal lain yang membuat presepsi saya berubah adalah ketika Ruth menceritakan laki-laki yang disukai oleh banyak teman-temannya, Katty malah sebaliknya tidak suka, dan berpikir bahwa Tommy lebih baik. Awalnya saya pikir dia hanya membela-bela biasa. Namun ternyata saya kemudian berubah pikiran ketika dia berani menenangkan Tommy yang sedang marah dan ia tidak balik marah ketika Tommy tidak sengaja memukulnya. Duduk didekat Tommy ketika tidak ada yang mau menemaninya duduk untuk makan. Hal ini diperkuat saat mereka ternyata tidak sengaja saling bertatapan dan tersenyum. Saya juga berpikir bahwa tidak hanya Katty yang suka kepada Tommy, tapi Tommy juga sebenarnya suka. Karena Tommy juga sangat perhatian ke Katty, karena ia sempat menghibur Katty dengan memberikan sebuah kaset ketika Katty merasa sedih.
Setelah sekian lama film ini menceritakan kisah tentang mereka berdua, kemudian tiba-tiba Ruth datang. Ia yang kemudian merebut posisi Katty. Ia terlihat sangat agresif. Dan membuat cinta Katty dan Tommy kemudian berhenti seketika sampai akhirnya mereka dewasa dan tinggal di Cottage. Film ini tidak menceritakan tentang awal mula kedekatan Ruth dan Tommy. Menurut saya, Ruth hanya tiba-tiba mengisi kekosongan di antara mereka berdua tanpa alasan yang jelas, padahal awalnya Ruth sepertinya tidak tertarik pada Tommy.
Arah dari film ini kemudian jelas saat saya mengetahui bahwa mereka ini adalah calon-calon pendonor untuk seseorang diluar sana. Guru mereka yang menceritakan hal ini kepada mereka dengan perlahan-lahan namun sangat menyakitkan. Membuat saya merasa sangat miris adalah karena mereka hanyalah anak-anak yang dipersiapkan untuk mati tanpa cita-cita seperti layaknya anak-anak normal yang lain yang mungkin bercita-cita menjadi seorang aktor, pilot, dokter, dll.
Cerita mereka yang kemudian tumbuh besar dan tinggal di Cottage ini yang membuat saya baru mengerti bahwa ternyata mereka adalah produk kloningan yang akan diambil organ-organnya saat pengkloningnya membutuhkan. Yang membuat saya sangat kesal adalah mereka seperti tidak berdaya untuk memberontak, melawan atau mencoba untuk kabur ke luar negeri atau bagaimana agar mereka bisa bebas dan tidak terikat. Karena cerita di film ini hanya terus menceritakan mengenai mereka yang terus menerus mempercayai mitos-mitos penangguhan donasi yang belum tentu kebenarannya, terutama mitos mengenai cinta sejati.
Hal lain yang membuat saya miris adalah mereka seolah-olah tidak pernah melihat dunia luar, sehingga mereka merasa sangat canggung ketika mereka berjalan ke kota. Ini yang juga akhirnya membuat saya penasaran, mengenai kenapa sebenarnya mereka dibiarkan hidup sendiri tanpa ada interaksi, apakah ini memang disengaja oleh pihak yang mengawasi mereka atau hanya karena mereka tidak bisa beradaptasi akibat terlalu lama tinggal di asrama Hailsham yang orang –orangnya itu itu saja, atau bagaimana, karena cerita ini tampak terlalu mengambang tanpa penjelasan.
Cerita lain di cottage adalah mengenai kedekatan hubungan Ruth dan Tommy. Cerita mengenai Katty yang selalu sabar terhadap Ruth, walaupun Ruth, temannya sendiri, kadang terlihat jahat dan memojokkan Katty juga kadang membuat saya kesal. Sampai pada akhirnya rumor penangguhan donasi lewat cinta sejati ini memisahkan mereka bertiga.
Karena berbagai hal yang terjadi sampai akhirnya Katty memutuskan untuk menjadi perawat. Hidup Katty juga terlihat membaik karena ia terlihat seperti menikmati pekerjaannya itu. Pekerjaannya itupula yang membawanya kembali bertemu Ruth yang telah menyelesaikan donasi keduanya. Katty yang akhirnya memutuskan untuk menjadi perawat tetap Ruth akhirnya membawanya kembali ke Tommy. Namun di akhir cerita ini. Ruth dan Tommy akhirnya meninggal, dan Katty pun bersiap untuk menjalani donasi pertamanya setelah kehilangan Tommy.
Film tentang manusia pendonor organ tidak hanya ini, sebelumnya saya juga pernah menonton film “Sister Keeper”, walaupun film itu tidak menceritakan tentang manusia kloningan seperti film ini.  Menurut saya, pendonor paksaan adalah hal yang sangat tidak berperikemanusiaan. Walaupun pendonor organ memang sangat dibutuhkan, terutama untuk orang-orang yang memiliki komplikasi yang parah pada organ tertentu sehingga dibutuhkan transplantasi organ dalam waktu dekat.
Hal lain yang menyebabkan sumber daya pendonor ini sangat dibutuhkan adalah karena kesulitan untuk mencari pendonor. Faktanya, sangat jarang ada orang yang mau mendonorkan organnya secara cuma – cuma atau bahkan dengan imbalan biaya pun belum tentu ada yang mau. Selain itu organ yang akan dikloning pun kadang belum tentu cocok diterima oleh tubuh penerimanya. Sehingga pendonor merupakan orang yang harus memiliki organ yang identik atau hampir sama dengan pemilik,  maka dari itu biasanya pendonor diambil dari keluarga penerima organ tersebut.
Hal inilah yang membawa kita ke konflik film yang lain, yaitu pendonor adalah kloningan orang yang akan menerimanya. Pendonor yang identik dengan penerima inilah yang menjadikan kemungkinan untuk diterimanya organ-organ tersebut oleh tubuh penerima menjadi jauh lebih besar. Selain itu telah tersedianya kloningan ini memudahkan penerimanya ketika ia membuthkan organ tersebut, sehingga dia tidak perlu sibuk mencari pendonor.
Film ini sangat menghibur dan mengedukasi. Terutama dari segi baik buruknya kloning, walaupun sisi buruknya jauh lebih besar dan mendominasi daripada sisi baiknya. Kloning yang merupakan salah satu rekayasa genetika sampai saat ini masih terus dipelajari dan diteliti walaupun sudah menumbuhkan berbagai kontroversi dari sisi mana saja terutama dari segi agama.
Semoga bermandaat :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar