Senin, 24 Juni 2013

Keluarga Baru


   Pagi itu, sekitar jam 4 pagi, aku terbangun. Sirine yang dibunyikan begitu keras membangunkan aku terlalu pagi, sudah terdengar suara bersikan air dari arah kamar mandi, menandakan sudah dipadati oleh banyak orang. Aku lekas turun dari ranjang atas dan mengambil handuk lalu segera kearah sana, ternyata deretan gayung sudah berjejer didepan kamar mandi, teman-temanku berjongkok sambil tidur menyender di dinding, menunggu antriannya. Tidak lama berselang ibu pengasuhan pun mengetuk satu persatu pintu dengan pelan dari kamar depan sampai belakang, dan membuat lebih banyak orang yang terbangun sehingga kamar mandi memiliki antrian yang lebih panjang daripada yang sebelumnya.
            Kira kira begitulah gambaran saat aku masih kelas satu dulu, bangun saat masih pagi-pagi sekali. Apel sholat subuh, apel pagi, makan pagi, makan siang, apel sholat maghrib, makan malam, sampai apel malam kuikuti dengan baik. Walaupun akhirnya aku sering tertidur di kelas, dan tertinggal banyak pelajaran. Kakak tingkatku bilang “itu karna belum terbiasa aja, lama lama gak sering ngantuk dikelas lagi kok”.
            Saat satu bulan pertama di asrama, aku selalu menghitung berapa hari lagi akan IB (Izin Berlibur), teman-temanku juga melakukan hal yang sama, bahkan membuat kalender buatan sendiri dan terus menghitung hari demi hari. Tak heran IB menjadi adalah hari yang di tunggu-tunggu, bahkan guru-guru di sekolah pun kadang merasa kesal sendiri apabila ditanyai terus menerus soal hari libur itu.
            Karena saat IB pertama itulah, beberapa “anak-anak kelas satu” akan mengutarakan niat ingin pindahnya. Tiap angkatan pasti pernah merasakan. Mungkin ini karena merasa belum betah dengan lingkungan asrama dan sekolah. Aku pun juga pernah merasakannya, namun saat mengutarakannya kepada ibuku. Ibuku hanya bilang “Belum tentu kalau kamu pindah sekolah, di tempat kamu pindah nanti kamu tidak punya masalah, semua orang pasti pernah merasakan cobaan”. Setelah kupikirkan matang matang, aku menunda untuk mengutarakannya terus menerus kepada kadua orang tuaku, karena kurasa kata ibuku tadi benar.
            Namun sebenarnya dulu aku merasa sedikit senang sekolah disini, itu karena sekolah ini unik dan seru, banyak moment-moment yang berbeda dari sekolah-sekolah yang lain. Sebelumnya aku belum pernah bersekolah di sekolah yang ada ”senioritas”, ”keluarga asuh”, ”korsa angkatan”  juga belum pernah punya teman yang berbeda beda daerah. Semua ini membuat aku mencoba untuk bertahan. Dan aku bisa.
            Sekarang, saat aku sudah kelas dua, aku sudah mulai “terbiasa”. Terbiasa mendengarkan sirine, sehingga saat sirine berbunyi pun aku masih tertidur. Aku hanya rajin untuk mengikuti apel sholat, apel pagi dan apel malam saja. Untuk makan pagi, makan siang, dan makan malam, aku sudah menjadi sangat malas. Kalau tidak ingat uang yang akan menipis dan perut yang kemudian akan lapar aku mungkin akan sangat jarang makan.
            Sekarang, tidak ada lagi perasaan ingin pindah, karena disini aku sudah mulai “terbiasa” bersama angkatanku, bersama kakak, adek, dan saudara asuhku. Apabila di sekolah aku kurang mengerti pelajaran dan akan segera ulangan, teman-temanku akan bersedia mengajariku dari awal. Apabila sedang sakit, teman yang akan merawat. Jika sedang kesusahan, teman yang akan memberikan jalan keluar. Juga akan tegur-menegur jika ada kesalahan. Aku merasa di sini punya keluarga baru.
            Saat IB tentu masih di tunggu-tunggu, bukan hanya untuk kelas satu saja, tapi juga untuk kelas dua. Namun IB bukan tempat untuk mengutarakan niat untuk pindah lagi, melainkan hanya untuk melepas rindu bersama keluarga. Apalagi yang memiliki daerah yang jauh dari kampus. Seperti Kutai Barat, Tarakan, Malinau, Berau, dan banyak lagi. Mereka lebih jauh dari pada aku, jika aku ingin ke rumah, aku hanya perlu waktu 5 jam untuk sampai dengan menggunakan mobil, tetapi sebagian dari mereka bukan hanya menaiki mobil, tetapi ada juga menaiki transportasi laut maupun udara. Punya teman dari berbagai daerah memang unik :)
So, jangan ragu untuk memilih boarding school, lalu berpisah jauh dengan orang tua. Hanya saja, jangan lupa untuk mengecek lagi keamanan dan lain-lainnya yang harus diperhatikan dari sekolah tersebut, beda sekolah beda peraturan, tingkat kebebasan yang diberikan juga berbeda-beda, karena itu sangat berpengaruh pada kita nantinya.

SMA Negeri 10  "MELATI" Samarinda
angkatan 14 "Fourteenth Beyond Impossible" :)

Semoga bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar